Kebudayaan
Buni, meninggalkan jejak di daerah Buni, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten,
yang diperkirakan berkembang pada periode 400 SM hingga 100 Masehi.
Buni
merupakan komplek kebudayaan yang cukup luas di sepanjang pantai utara Jawa
Barat, di daerah aliran Sungai Cisadane, Ciliwung, Bekasi, Citarum, dan
Cipagare, sehingga dinamakan komplek kebudayaan Buni.
Pendukung
kebudayaan situs Buni merupakan cikal bakal dari masyarakat kerajaan
Tarumanagara di Jawa Barat. Kebudayaan ini dikenal karena seni megalitiknya,
yaitu seni pembuatan batu-batu besar yang dipahat dan diukir dengan berbagai
motif dan gambar yang unik. Batu-batu megalitik ini sering ditemukan di sekitar
situs-situs arkeologi di daerah Buni. Selain seni megalitik, kebudayaan Buni
juga dikenal karena produksi tembikar yang halus dan berwarna merah yang
biasanya digunakan untuk keperluan upacara.
Situs
Buni mencakup daerah pesisir yang cukup luas di sekitar Jakarta, yang
menghasilkan gerabah dengan bentuk dan pola hias yang lazim dikenal dengan tipe
Sa-Huynh dan Kalanay di Asia Tenggara. Temuan arkeologis berupa gerabah India
dengan pola hias rolet dan manik-manik di situs Buni mencerminkan adanya kontak
atau interaksi antara masyarakat setempat dengan dunia luar khususnya India.
Masyarakat atau penghuni situs tersebut kemungkinan telah terlibat dalam
perdagangan regional maupun internasional.
Seluruh
temuan berupa tembikar, terdiri dari macam-macam bentuk dan ukuran berupa
periuk, mangkuk berkaki, kendi dan tempayan. Selain itu ditemukan adanya
beliung persegi, artefak logam perunggu dan besi, gelang dari batu dan kaca,
perhiasan emas, manik-manik, bandul jala dari terakota dan tulang belulang
manusia.
Nampaknya,
masyarakat Buni telah mengenal tradisi penguburan langsung tanpa wadah dengan
tembikar sebagai bekal kuburnya, namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa
tembikar-tembikar tersebut dimanfaatkan pula untuk keperluan sehari-hari.
Sehingga, benda-benda kerajinan dari kebudayaan Buni yang telah berusia ribuan
tahun ini, merupakan sumber artefak berharga bagi sejarah Tanah Sunda, sejak
era purbakala hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar