Sabtu, 22 April 2023

Catatan Biografi Museum History of Sundaland : Kisah Cheng Ho, Laksamana Muslim Paling Tangguh di Tanah Pasundan

 

Saat Anda berkunjung ke Museum History of Sundaland di Karawang, Jawa Barat, para pemandu Museum ini akan bercerita lebih banyak mengenai Cheng Ho. Bahkan Anda diajak-serta melihat berbagai koleksi berharga semasa peradaban Sunda tertua. Disana, Laksamana Cheng Ho telah datang diantara periode akhir dari Kerajaan hindu-Buddha, hingga Kerajaan Islam mulai berkuasa di penjuru Tanah Jawa.

Replika Kapal Chengho di Museum History of Sundaland

Siapakah Laksamana Chenh Ho?

Seorang laksamana penjelajah samudera tiba di Nusantara sekitar abad ke-15. Ia berasal dari Tiongkok, tepatnya Yunnan China, yang saat itu masih dikuasai oleh Dinasti Ming (1403-1424 M). Nama aslinya Ma He, sejak kecil Ia hidup dalam lingkungan masyarakat minoritas Muslim, yang disebut Suku Hui. Begitupun seluruh keluarga Cheng Ho telah beragama Islam turun-temurun. Terlihat dari nama depan Cheng Ho tadi yakni “Ma” yang artinya Muhammad.

Foto : Merdeka.com
Sekitar tahun 1405, Cheng Ho berlayar berkeliling dunia, bukan untuk penaklukkan tetapi bertujuan diplomasi, serta menyebarkan agama dengan santun dan damai. Meski banyak versi menyebut bahwa Cheng Ho belum tentu seorang muslim, seperti keluarganya, melainkan penganut ajaran Buddha, tetapi dirinya sangat menghormati perbedaan agama, dimanapun kapal perkasanya berlabuh.

Sobat Museum, itulah tadi perkenalan kita dengan sosok Laksamana Cheng Ho, seorang pengembara laut yang sangat menyukai keindahan Nusantara.

Perjalanan Laksamana Cheng Ho

Sobat Museum, semula Islam telah masuk lewat Islam telah masuk lewat pedagang dari Gujarat (India) dan Timur Tengah. Pada mulanya Ia melakukan ekspedisi sebab diutus oleh Kaisar China. Kemudian, Cheng Ho membawa gelombang China masuk ke Asia Tenggara, serta diikuti arus penyebaran Islam yang damai.

Cheng Ho telah menghabiskan sekitar 30 tahun usianya untuk melaksanakan pelayaran kolosal seumur hidupnya. Tercatat dalam sejarah maritim armada kapal-kapal Cheng Ho merupakan armada terbesar di kala itu. Ia berangkat dengan 27.000 anak buah yang dimuat dalam 307 kapal.

Saat berada di Nusantara, Cheng Ho sempat berkunjung ke Samudera Pasai. Disana, ia memberikan lonceng Cakra Donya kepada Sultan Aceh yang kini masih tersimpan di Museum Banda Aceh. Pada 1415, Laksamana Cheng Ho juga berlabuh di Muara Jati, Cirebon dan menghadiahi beberapa barang khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu pemberiannya adalah piring bertuliskan Ayat Kursi yang masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Peninggalan Cheng Ho lain yang mengagumkan ialah Kelenteng Sam Po Kong, serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Terdapat empat kelenteng yang bisa dikunjungi, yakni Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Juru Mudi, Kelenteng Sam Poo Tay Djien, dan Kelenteng Kiai Jangkar. Patung Laksamana Cheng Ho berdiri gagah di halaman kelenteng.

Semasa pemerintahan Raja Wikramawardhana, Laksamana Cheng Ho pernah mengunjungi Kerajaan Majapahit. Selain itu pengaruh Cheng Ho di dalam penyebaran Islam pun terlihat dari Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya, Palembang, Malang, dan sejumlah daerah lainnya.

Masjid Chengho (Foto : Okezone Muslim)
Selama pelayaran yang ketujuh atau yang terakhir, Cheng Ho wafat pada tahun 1433. Sang pelaut yang sangat tangguh dimakamkan di Nanjing, China.

Berkunjung ke Museum History of Sundaland

Sobat Museum, demikian catatan kita tentang ketangguhan Laksamana Cheng Ho, yang tercatat pula di dalam ruang koleksi Museum History of Sundaland. Selengkapnya tentang pengetahuan sejarah maupun budaya Tanah Sunda bisa diperoleh melalui kunjungan Museum History of Sundaland. Museum ini dilengkapi sejumlah teknologi I.T kekinian serta terdapat zona interaktif dengan visualisasi diorama yang menawan beserta spot foto yang instagramable. 

Selamat berwisata!


 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Narasi HOS : Kebudayaan Buni

  Kebudayaan Buni, meninggalkan jejak di daerah Buni, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang diperkirakan berkembang pada periode 400 S...