Saat Anda berkunjung ke Museum History of Sundaland di Karawang, Jawa Barat, para pemandu Museum ini akan bercerita lebih banyak mengenai Cheng Ho. Bahkan Anda diajak-serta melihat berbagai koleksi berharga semasa peradaban Sunda tertua. Disana, Laksamana Cheng Ho telah datang diantara periode akhir dari Kerajaan hindu-Buddha, hingga Kerajaan Islam mulai berkuasa di penjuru Tanah Jawa.
Replika Kapal Chengho di Museum History of Sundaland |
Siapakah Laksamana Chenh Ho?
Seorang laksamana penjelajah samudera tiba di Nusantara sekitar abad
ke-15. Ia berasal dari Tiongkok, tepatnya Yunnan China, yang saat itu masih
dikuasai oleh Dinasti Ming (1403-1424 M). Nama aslinya Ma He, sejak kecil Ia
hidup dalam lingkungan masyarakat minoritas Muslim, yang disebut Suku Hui. Begitupun
seluruh keluarga Cheng Ho telah beragama Islam turun-temurun. Terlihat dari nama
depan Cheng Ho tadi yakni “Ma” yang artinya Muhammad.
Foto : Merdeka.com |
Sobat Museum, itulah tadi perkenalan kita dengan sosok Laksamana Cheng Ho, seorang pengembara laut yang sangat menyukai keindahan Nusantara.
Perjalanan Laksamana Cheng Ho
Sobat Museum, semula Islam telah masuk lewat Islam telah masuk lewat
pedagang dari Gujarat (India) dan Timur Tengah. Pada mulanya Ia melakukan ekspedisi
sebab diutus oleh Kaisar China. Kemudian, Cheng Ho membawa gelombang China
masuk ke Asia Tenggara, serta diikuti arus penyebaran Islam yang damai.
Cheng Ho telah menghabiskan sekitar 30 tahun usianya untuk melaksanakan
pelayaran kolosal seumur hidupnya. Tercatat dalam sejarah maritim armada
kapal-kapal Cheng Ho merupakan armada terbesar di kala itu. Ia berangkat dengan
27.000 anak buah yang dimuat dalam 307 kapal.
Saat berada di Nusantara, Cheng Ho sempat berkunjung ke Samudera Pasai.
Disana, ia memberikan lonceng Cakra Donya kepada Sultan Aceh yang kini masih
tersimpan di Museum Banda Aceh. Pada 1415, Laksamana Cheng Ho juga berlabuh di
Muara Jati, Cirebon dan menghadiahi beberapa barang khas Tiongkok kepada Sultan
Cirebon. Salah satu pemberiannya adalah piring bertuliskan Ayat Kursi yang
masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Peninggalan Cheng Ho lain yang mengagumkan ialah Kelenteng Sam Po Kong,
serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Terdapat
empat kelenteng yang bisa dikunjungi, yakni Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Juru
Mudi, Kelenteng Sam Poo Tay Djien, dan Kelenteng Kiai Jangkar. Patung Laksamana
Cheng Ho berdiri gagah di halaman kelenteng.
Semasa pemerintahan Raja Wikramawardhana, Laksamana Cheng Ho pernah mengunjungi
Kerajaan Majapahit. Selain itu pengaruh Cheng Ho di dalam penyebaran Islam pun terlihat
dari Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya, Palembang, Malang, dan sejumlah daerah
lainnya.
Masjid Chengho (Foto : Okezone Muslim) |
Berkunjung ke Museum
History of Sundaland
Sobat Museum, demikian catatan kita tentang ketangguhan Laksamana Cheng Ho, yang tercatat pula di dalam ruang koleksi Museum History of Sundaland. Selengkapnya tentang pengetahuan sejarah maupun budaya Tanah Sunda bisa diperoleh melalui kunjungan Museum History of Sundaland. Museum ini dilengkapi sejumlah teknologi I.T kekinian serta terdapat zona interaktif dengan visualisasi diorama yang menawan beserta spot foto yang instagramable.
Selamat berwisata!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar