Sebuah teknologi 3D yang diadaptasi ke dalam berbagai
obyek sejarah, itulah Augmented Reality (AR) pada ruang-ruang koleksi Museum
History of Sundaland. Berbagai teknologi AR tampil seakan-akan nyata dapat
disentuh oleh pengunjung, padahal obyek tersebut hanya berada di dalam layar
aplikasi ponsel.
Sebagai Museum Sejarah Sunda yang berteknologi kekinian, tentu saja History of Sundaland telah mendorong semangat pengunjung untuk berkeliling 17 zona Museum ini, serta menggunakan seluruh fasilitasnya. Terutama penggunaan teknologi Augmented Reality yang ditunjukkan oleh tour guide Museum.
Ketujuh belas zona yang dimaksud antara lain zona panggung
dan pementasan, awal mula kehidupan, penemuan fosil manusia purba di Tanah
Pasundan, Zona Kubur Batu dan Austronesia, Gelegar Krakatau dan Suku Baduy,
Kebudayaan Buni, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Pengaruhnya,
Kerajaan Champa, dan Tokoh Islam di Tanah Pasundan.
Selain itu terdapat fasilitas teater 3 dimensi yang dilanjutkan zona bertemakan Pengaruh Cheng Ho, Kasultanan di Jawa Barat, Berdirinya Kasultanan Jawa Barat, Jalur Perdagangan Jawa Barat, Kedatangan dan Pengaruh VOC, serta zona Wayang dan Topeng Jawa Barat.
Augmented Reality Masjid Agung Banten
Salah satu bentuk AR yang kerap digunakan ialah AR
Masjid Agung Banten. Sebelumnya tentu harus mendownload terlebih dulu melalui
google play store dengan keyword “History of Sundaland” AR.
Setelah terunduh barulah pengunjung dapat mengarahkan
ponsel pada barcode yang tertempel pada papan informasi Masjid Agung Banten.
Apabila tepat maka di layar aplikasi ponsel akan keluar gambar 3D Masjid Agung
Banten yang mirip seperti aslinya.
Penggunan AR inipun bukan semata-mata hiburan saja
namun akan melengkapi pengetahuan kita tentang obyek tersebut. Apalagi yang
belum pernah berkunjung ke lokasi aslinya maupun belum paham tentang
sejarahnya. Itulah mengapa, selain memiliki ratusan koleksi berharga mulai dari
peradaban Sunda Kuno hingga warisan budaya saat ini, Museum History of
Sundaland dilengkapi oleh teknologi Augmented Reality secara virtual.
Sejarah
Masjid Agung Banten
Nah, seperti apakah sejarah Masjid Agung Banten yang
disampaikan melalui AR Museum History of Sundaland tadi?
Masjid Agung Banten adalah warisan kesultanan Banten
yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Semula, Kerajaan Banten berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Kemudian, Banten berhasil melepaskan diri dari
Kerajaan Demak.
Pendirian Masjid Agung Banten dilakukan pada 1566 M tepatnya
ketika Maulana Hasanuddin menjabat sebagai Sultan Banten pertama sekitar tahun
1552-1570. Maulana Hassanuddin adalah putra pertama Sunan Gunung Djati.
Pada masa Maulana Yusuf, yang menjadi raja kedua
Kerajaan Banten, Masjid Agung Banten dibangun dengan konsep arsitektur bergaya
Jawa. Pada tahun berikutnya pun dilakukan sejumlah penambahan salah satunya
pawestren atau ruang sholat wanita.
Keunikan utama dari Masjid Agung Banten ialah memiliki
pola bangunan dengan alkuturasi 3 budaya, yaitu Arab, Cina, dan Eropa. Ternyata
pembangunan awal melibatkan tiga arsitek dari negeri berbeda. Yaitu, Raden
Sepat merupakan arsitek utama berasal dari Majapahit yang juga membangun Masjid
Cirebon, Tjek Ban Tjut seorang arsitek asal Cina, serta Hendrik Lucaz Cardeel
asal Belanda.
Foto : Wikipedia.com |
Suatu ciri khasnya tampak jelas dari bentuk menara
yang terlihat seperti mercusuar dengan bagian atapnya (bertumpuk lima) layaknya
Pagoda Cina.
Sedangkan karya Hendrik Lucaz Cardeel terlihat pada
bentuk Tiamah di sebelah selatan masjid. Yaitu, bangunan semacam paviliun yang
dahulu sering digunakan para ulama dan umara Banten untuk berdiskusi tentang
berbagai masalah keagamaan.
Uniknya, langgam Eropa tampak sangat jelas pada
bangunan itu, khususnya jendela besar di bagian tingkat atas. Pemasangan jendela
tersebut agaknya dimaksudkan untuk mengatur sirkulasi cahaya dan udara. Sekarang, Tiamah digunakan
untuk menyimpan benda-benda bersejarah dari peninggalan Kesultanan Banten.
Lokasi Masjid
Agung Banten
Secara lokasi, Masjid Agung Banten termasuk wilayah
Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang, ibu kota Provinsi
Banten. Keberadaan Masjid ini menjadi tujuan wisata religius, sejarah,
pendidikan, dan budaya, terutama pada hari-hari besar keagamaan Islam.
Yuk,
Berkunjung ke Museum History of Sundaland
Sekian catatan budaya tentang sejarah Masjid Agung Banten yang ditampilkan oleh teknologi Augmented Reality (AR) bagi para pengunjung Museum History of Sundaland.
Jangan lupa berkunjung ke Museum History of Sundaland untuk melihat berbagai koleksi benda bersejarah dan narasi cerita yang tampil menarik dengan teknologi Augmented Reality (AR). Salam!
Alamat
Museum History of Sundaland
Jl.
Arteri Galuh Mas No.30, Sukaharja, Kec. Telukjambe Tim, Karawang, Jawa Barat
41361
Tidak ada komentar:
Posting Komentar