Selasa, 18 April 2023

Catatan Budaya Museum History of Sundaland : Kalembak Krakatau, Diantara Mitigasi dan Tradisi Sakral Krakatau

Kalembak Krakatau merupakan tradisi mitigasi kuno yang rutin dilakukan warga seusai terjadinya letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883. Namun pada tahun 2000-an Kalembak Krakatau ini mulai jarang dilakukan masyarakat pesisir Selat Sunda. 

Pengetahuan tentang Krakatau maupun budaya disana masih tetap sangat menarik digali lebih dalam. Namun sebelum itu kunjungi dahulu Museum History of Sundaland untuk menyimak sejarah meletusnya Gunung Krakatau. Seperti halnya adik-adik dari TK Anaba Sudang berikut ini mereka sangat antusias berfoto di depan diorama gunung Krakatay yang sedang mengalirkan lava pijar. 

Sebelum lebih lanjut, pengetahuan Kalembak Krakatau sekaligus melengkapi referensi Anda ketika berkunjung ke Museum History of Sundaland di Karawang, Jawa Barat.

Pada Museum ini terdapat sejumlah zona ruangan yang mengisahkan tentang sejarah Peradaban Tanah Sunda dan berbagai peristiwanya berabad-abad silam. Mari bercerita tentang Gunung Krakatau yang pada saat diguncang letusan diikuti tsunami raksasa hingga memakan korban jiwa terbesar dalam sejarah dunia.

Sejarah Letusan Gunung Krakatau

Letusan Krakatau sekita 1883 menewaskan kira-kira 36.000 di kawasan Banten dan Lampung (Imadudin, 2009). Seorang Tionghoa yang bernama Ong Leng Yauw yang selamat dari letusan Krakatau menyebutkan gelombang setinggi pohon kelapa menerjang Desa Karangantu dan menghancurkannya (Zarman, 2013).

Gelombang tersebut menyebar ke seluruh Pantai Utara Jawa hingga terlihat sampai Pantai Selatan Jawa, khususnya Cilacap. Jumlah korban dan kerusakan yang tercatat sebanyak 36.417 orang. Kampung yang hancur total sebanyak 165, dan yang hancur sebagian berjumlah 1326 kehancuran.

Catatan sejarah kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 1930 telah erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut waktu istirahat berkisar antara 1 - 8 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava.

Foto : Tempo.com

Kronologi Peristiwa Erupsi :

20 Mei 1883 letusan abu dan semburan uap mencapai tinggi 11 km dan suara dentumannya terdengar sejauh 200 km. Pada Juni kegiatan vulkanik juga terjadi di G. Danan. Erupsi paroksisma terjadi pada 26 - 28 Agustus.

Setelah pukul 13.00, 26 Agustus beberapa erupsi terjadi dan mencapai puncaknya pada Minggu 27 Agustus, pukul 10.02 dan pada pukul 10.52 dentumannya terdengar di Singapura dan Australia.

Erupsi ini menyemburkan batuapung dan abunya mencapai tinggi 70-80 km, endapannya menempati area 827.000 km2. Runtuhan tubuh gunungapi ini menyebabkan tsunami dengan tinggi gelombang rata-rata 20 m menyapu pantai-pantai di Selat Sunda dan baratlaut Jawa, serta menyebabkan 36.417 koban jiwa. September dan Oktober letusan freatik.

Apakah Ritual Kalembak Krakatau?

Kalembak dalam bahasa Sunda pesisir terdiri dari suku kata 'kelem ku ombak' atau tenggelam oleh ombak tsunami.

Kalembak lebih pada ritual pemberian pemahaman mitigasi bencana. Seorang warga yang akan melaksanakan ritual Kalembak mulanya bertanya pada seorang Juru Baya. Orang ini adalah penjaga lautan yang mengetahui kapan nelayan harus melaut dan mulai muncul musim angin barat. Ia mengetahui kapan waktu berbahaya bagi nelayan agar tak turun ke laut mencari ikan.

Adapun fungsi Juru Baya cukup mirip dengan fungsi BMKG saat mitigasi bencana masuk masa modern. Juru Baya akan memberi peringatan musim untuk nelayan tak melaut dan mencari penghidupan di dataran tinggi.

Dalam ritual tersebut dibacakan doa dan tahlil. Sebelum dibacakan doa dan tahlil, terlebih dahulu para tetua mengisahkan kembali cerita masa lalu tentang terjadinya Bencana Krakatau. Disampaikan pula sebagai pengingat ciri-ciri alam yang menandai awal terjadinya letusan dan gelombang pasang. 

Usai berdoa dilanjutkan melarung kepala kerbau yang dibawa oleh kapal kecil yang ditarik dengan kapal besar ke tengah Selat Sunda. Kemudian para peserta menutup acara dengan makan bersama. Makan yang disajikan adalah jejongkong dan jejorong sebagai simbolisasi Krakatau.

Sekitar awal 2006-an beberapa kelompok masyarakat mencoba menghidupkan kembali ritual Kalembak namun dilarang karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Gunung Krakatau di Tahun 2023

Saat ini Krakatau merupakan cagar alam atau kawasan konservasi hayati. Saat ini erupsi masih kerap terjadi sehingga kewaspadaan bencana mitigasi secara tradisional maupun modern perlu ditingkatkan.  Itulah mengapa, dapat dijelaskan bahwa mitigasi bencana Gunung Api tak lain serangkai upaya pengurangan risiko bencana, melalui pembangunan fisik, penyadaran, serta berbagai kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Foto : Pelita Karawang.com

Demikian catatan sejarah Gunung Krakatau yang sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat khususnya di pesisiran Selat Sunda. Selengkapnya tentang pengetahuan sejarah maupun budaya Tanah Sunda bisa diperoleh melalui kunjungan Museum History of Sundaland.

Fasilitas Museum History of Sundaland antara lain film theatre layar lebar, animasi dan film 3D (Dinosaurus Purba), Kecanggihan IT dan Digital untuk Foto dan Video, QR dan Augmented Reality, tersedia puluhan spot selfie instagramable, serta diorama studio photo dan asesoris gratis.

Kunjungi Museum Modern Sejarah Sunda ini di Karnival Theme Park (Fun & Fit Trampolin), Galuh Mas, Kota Karawang Jawa Barat. Sebuah destinasi wisata edukasi untuk keluarga milenial masa kini.

Selamat berwisata!



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Narasi HOS : Kebudayaan Buni

  Kebudayaan Buni, meninggalkan jejak di daerah Buni, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang diperkirakan berkembang pada periode 400 S...