Kalembak Krakatau merupakan tradisi mitigasi kuno yang
rutin dilakukan warga seusai terjadinya letusan dahsyat Gunung Krakatau pada
1883. Namun pada tahun 2000-an Kalembak Krakatau ini mulai jarang dilakukan masyarakat pesisir Selat Sunda.
Pengetahuan tentang Krakatau maupun budaya disana masih tetap sangat menarik digali lebih dalam. Namun sebelum itu kunjungi dahulu Museum History of Sundaland untuk menyimak sejarah meletusnya Gunung Krakatau. Seperti halnya adik-adik dari TK Anaba Sudang berikut ini mereka sangat antusias berfoto di depan diorama gunung Krakatay yang sedang mengalirkan lava pijar.
Sebelum lebih lanjut, pengetahuan Kalembak Krakatau sekaligus
melengkapi referensi Anda ketika berkunjung ke Museum History of Sundaland di
Karawang, Jawa Barat.
Pada Museum ini terdapat sejumlah zona ruangan yang mengisahkan tentang sejarah Peradaban Tanah Sunda dan berbagai peristiwanya berabad-abad silam. Mari bercerita tentang Gunung Krakatau yang pada saat diguncang letusan diikuti tsunami raksasa hingga memakan korban jiwa terbesar dalam sejarah dunia.
Sejarah Letusan Gunung
Krakatau
Letusan Krakatau sekita 1883 menewaskan kira-kira
36.000 di kawasan Banten dan Lampung (Imadudin, 2009). Seorang Tionghoa yang
bernama Ong Leng Yauw yang selamat dari letusan Krakatau menyebutkan gelombang
setinggi pohon kelapa menerjang Desa Karangantu dan menghancurkannya (Zarman,
2013).
Gelombang tersebut menyebar ke seluruh Pantai Utara
Jawa hingga terlihat sampai Pantai Selatan Jawa, khususnya Cilacap. Jumlah
korban dan kerusakan yang tercatat sebanyak 36.417 orang. Kampung yang hancur
total sebanyak 165, dan yang hancur sebagian berjumlah 1326 kehancuran.
Catatan sejarah kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau
sejak lahirnya 11 Juni 1930 telah erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat
eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut waktu istirahat
berkisar antara 1 - 8 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali berupa letusan
abu dan leleran lava.
Foto : Tempo.com |
Kronologi Peristiwa
Erupsi :
20 Mei 1883 letusan abu dan semburan uap mencapai
tinggi 11 km dan suara dentumannya terdengar sejauh 200 km. Pada Juni kegiatan
vulkanik juga terjadi di G. Danan. Erupsi paroksisma terjadi pada 26 - 28
Agustus.
Setelah pukul 13.00, 26 Agustus beberapa erupsi
terjadi dan mencapai puncaknya pada Minggu 27 Agustus, pukul 10.02 dan pada
pukul 10.52 dentumannya terdengar di Singapura dan Australia.
Erupsi ini menyemburkan batuapung dan abunya mencapai
tinggi 70-80 km, endapannya menempati area 827.000 km2. Runtuhan tubuh
gunungapi ini menyebabkan tsunami dengan tinggi gelombang rata-rata 20 m
menyapu pantai-pantai di Selat Sunda dan baratlaut Jawa, serta menyebabkan
36.417 koban jiwa. September dan Oktober letusan freatik.
Apakah Ritual Kalembak
Krakatau?
Kalembak dalam bahasa Sunda pesisir terdiri dari suku
kata 'kelem ku ombak' atau tenggelam oleh ombak tsunami.
Kalembak lebih pada ritual pemberian pemahaman
mitigasi bencana. Seorang
warga yang akan melaksanakan ritual Kalembak mulanya bertanya pada seorang Juru
Baya. Orang ini adalah penjaga lautan yang mengetahui kapan nelayan harus
melaut dan mulai muncul musim angin barat. Ia mengetahui kapan waktu berbahaya
bagi nelayan agar tak turun ke laut mencari ikan.
Adapun fungsi Juru Baya cukup mirip dengan fungsi BMKG
saat mitigasi bencana masuk masa modern. Juru Baya akan memberi peringatan
musim untuk nelayan tak melaut dan mencari penghidupan di dataran tinggi.
Dalam ritual tersebut dibacakan doa dan tahlil. Sebelum dibacakan doa dan tahlil, terlebih dahulu para tetua mengisahkan kembali cerita masa lalu tentang terjadinya Bencana Krakatau. Disampaikan pula sebagai pengingat ciri-ciri alam yang menandai awal terjadinya letusan dan gelombang pasang.
Usai berdoa dilanjutkan melarung kepala kerbau yang dibawa oleh kapal kecil yang ditarik dengan kapal besar ke tengah Selat Sunda. Kemudian para peserta menutup acara dengan makan bersama. Makan yang disajikan adalah jejongkong dan jejorong sebagai simbolisasi Krakatau.
Sekitar awal 2006-an beberapa kelompok masyarakat
mencoba menghidupkan kembali ritual Kalembak namun dilarang karena dianggap
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Gunung Krakatau di
Tahun 2023
Saat ini Krakatau merupakan cagar alam atau kawasan
konservasi hayati. Saat ini erupsi masih kerap terjadi sehingga kewaspadaan
bencana mitigasi secara tradisional maupun modern perlu ditingkatkan. Itulah mengapa, dapat dijelaskan bahwa mitigasi
bencana Gunung Api tak lain serangkai upaya pengurangan risiko bencana, melalui
pembangunan fisik, penyadaran, serta berbagai kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
Foto : Pelita Karawang.com |
Demikian
catatan sejarah Gunung Krakatau yang sangat berpengaruh pada kehidupan
masyarakat khususnya di pesisiran Selat Sunda. Selengkapnya tentang pengetahuan
sejarah maupun budaya Tanah Sunda bisa diperoleh melalui kunjungan Museum
History of Sundaland.
Fasilitas Museum History of Sundaland antara lain film theatre layar lebar, animasi dan film 3D (Dinosaurus Purba), Kecanggihan IT dan Digital untuk Foto dan Video, QR dan Augmented Reality, tersedia puluhan spot selfie instagramable, serta diorama studio photo dan asesoris gratis.
Kunjungi Museum Modern Sejarah Sunda ini di Karnival Theme Park (Fun & Fit Trampolin), Galuh Mas, Kota Karawang Jawa Barat. Sebuah destinasi wisata edukasi untuk keluarga milenial masa kini.
Selamat berwisata!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar