Minggu, 26 Maret 2023

3 Zona Pustaka Kearifan Lokal Sunda di Museum History of Sundaland, Sangat Kaya Ilmu!

Saat ini modul Merdeka Belajar mencakup berbagai materi pilihan yang menentukan kemana arah dan tujuan outdoor learning. Berpijak dari salah satu modul yakni kearifan lokal inilah Museum History of Sundaland membuka pintu kunjungan selebar mungkin. Terlebih lagi secara lokasi sangat mudah dijangkau dari berbagai penjuru daerah Jawa Barat. Lokasi Museum ini berada di Karawang, Jawa Barat, atau posisinya bergabung dengan FunWorld Karnival.

Sangat menyenangkan ketika suatu Museum dilengkapi teknologi kekinian seperti ruang teater berikut ini dimana pengunjung dapat menonton film Animasi Dinosaurus dengan nyaman. 

Seperti kita lihat pada foto diatas banyak pengunjung anak-anak yang membawa tas ransel dikarenakan mereka sedang melakukan study wisata ke Museum History of Sundaland. 

Selain dari jenjang sekolah se-Jawa Barat, Museum Sundaland senang hati menerima kedatangan siswa dan siswi lintas propinsi. Keramahan para story teller serta didukung fasilitas pendukung berteknologi terkini akan membawa pengalaman baru tentang sebuah Museum yang mengusung kearifan lokal Sunda berbasiskan asas Bhinneka Tunggal Ika. Tentu selaras tema edukasi pada modul merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek.

Penerapan Modul Kearifan Lokal

Pada modul project Penguatan Profil Pelajar Pancasila terdapat 4 tema utama yaitu Kewirausahaan, Berekayasa dan Berteknologi Membangun Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan Kearifan Lokal.

Tentunya modul Kearifan Lokal paling tepat diterapkan pada wisata Merdeka Belajar yang mengangkat kebudayaan Sunda sebagai muatan lokal setempat. Tema kearifan lokal adalah upaya mengangkat topik tradisi budaya dan sejarahnya demi tujuan pelestarian oleh para generasi muda sekarang ini. Oleh karena itulah pendidik dan pengelola Museum bersama-sama mendorong semangat outdoor learning agar para pelajar termotivasi menjadi pelestari budaya di masa mendatang.

Adapun seluruh fasilitas Museum sangat mensupport 17 zona kunjungan untuk belajar mengenai kehidupan Tanah Sunda. Selain itu Museum dapat digunakan spot foto menarik yang dilengkapi teknologi 3 dimensi unik seperti Augmented Reality (AR) melalui unduhan aplikasi pada Google Play Store.


 Sejumlah 17 zona Museum terdiri dari :

1.    Zona Panggung dan Pementasan

2.    Awal Mula Kehidupan (Origin of Life)

3.    Penemua Fosil Manusia Purba di Tanah Pasundan

4.    Zona Kubur Batu dan Austronesia

5.    Gelegar Krakatau dan Suku Baduy

6.    Kebudayaan Buni

7.    Kerajaan Tarumanegara

8.    Kerajaan Sunda dan Pengaruhnya

9.    Kerajaan Champa

10. Tokoh Islam di Tanah Pasundan

11.  Teater 3 Dimensi

12.  Pengaruh Cheng Ho

13.  Kasultanan di Jawa Barat

14.  Berdirinya Kasultanan Jawa Barat

15.  Jalur Perdagangan Jawa Barat

16.  Kedatangan dan Pengaruh VOC

17.  Mengenal Wayang dan Topeng Jawa Barat


Pengetahuan Lokal di 3 Zona Museum Sundaland

Dari ketujuhbelas ruang diatas kita mengambil 3 zona yang paling mencerminkan Modul Kearifan Lokal Sunda. Diantaranya Glegar Krakatau dan Suku Baduy (Zona 5), Kebudayaan Buni (Zona 6), serta Mengenal Wayang dan Topeng Jawa Barat (Zona 17).

1.    Gelegar Krakatau dan Suku Baduy

Saat ini belum semua pelajar mengetahui jika dahulu Pulau Jawa dengan Sumatera bersama Kalimantan diyakini menyatu dalam satu gugusan Sunda Besar. Para ahli geologi terkemuka meyakini pemisahan gugus pulau itupun akibat letusan dahsyat Gunung Krakatau selama beberapa kali.

Pendapat yang mendukung pemisahan Jawa dan Sumatera karena letusan Krakatau merujuk Pustaka Raja Purwa, yang ditulis pujangga Jawa, Ronggowarsito, pada tahun 1869.

Dalam buku ini dikisahkan bagaimana  letusan Gunung Kapi atau diidentifikasi sebagai Gunung Krakatau sanggup memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera. Peristiwa ini disebutkan terjadi sekitar tahun 416 Masehi.

Foto ; Liputan6.com

Suku Asli Tanah Sunda : Baduy

Masyarakat suku Baduy tinggal di sebuah wilayah di kawasan Pegununan Kendeng, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jawa Barat. Terdapat beberapa versi terkait asal-usul suku Baduy, tetapi yang paling terkenal adalah mereka merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran.

Suku Baduy terbagi menjadi dua bagian, suku Baduy dalam dan suku Baduy luar. Suku Baduy dalam masih memegang teguh adat dan aturan dengan baik. Sementara suku Baduy luar sudah terpengaruh budaya luar, seperti menggunakan sabun mandi, alat elektronik, dan mengizinkan orang luar menginap.

Perbedaan lain juga bisa terlihat dari pakaian mereka. Suku Baduy dalam sehari-hari menggunakan baju berwarna putih yang melambangkan kesucian. Sedangkan pakaian suku Baduy luar adalah serba hitam. Suku Baduy dalam diketahui tinggal di tiga kampung, yaitu Kampung Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo, yang dipimpin oleh ketua adat disebut Pu'un.

Baduy Dalam / Merdeka.com

2.    Kebudayaan Buni

Pada zona ini dipelajari asal-usul Kebudayaan Buni yaitu kebudayaan gerabah yang berkembang di pesisir utara Jawa Barat antara 400 SM hingga abad pertama Masehi.

Kebudayaan Buni dinamai berdasarkan lokasi penemuannya yang pertama, yaitu di Desa Buni, Kecamatan Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Menurut para ahli, Kebudayaan Buni mendapatkan pengaruh dari tradisi pembuatan gerabah dari Asia Tenggara, yaitu tradisi Kebudayaan Sa Huynh.

Para ahli sejarah tersebut juga meyakini bahwa manusia pendukung Kebudayaan Buni mungkin merupakan pendahulu Kerajaan Tarumanegara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang juga menandai awal berlangsungnya periode sejarah di Pulau Jawa.

Foto : Kompas.com

3.    Wayang dan Topeng Jawa Barat

Pagelaran seni topeng dan wayang golek memiliki tujuan bermacam – macam. Mulai dari yang bersifat ritual ataupun sebatas tontonan serta hiburan semata. Berdasarkan sejarah, topeng di Jawa Barat terbagi atas dua bentuk pertunjukkan yaitu topeng Cirebon dan topeng Sumedang atau lebih dikenal dengan topeng Priangan.

Semenara itu wayang golek telah masuk daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO sejak 2003. di dalam pertunjukan wayang terdapat pertaruhan budaya, politik, agama hingga kondisi sosial budaya yang tergambarkan dalam lakon yang diperankan tersebut.

Generasi Pancasila Lestarikan Budaya Leluhur

Kekayaan budaya Tanah Pasundan di Museum History of Sundaland sekali lagi merupakan modul Merdeka Belajar yang mengisi tema Kearifan Lokal Nusantara. Sebagai generasi pancasila tentunya para pelajar sedapat mungkin memahami sejarah serta upaya pelestarian seperti wawasan yang diperoleh melalui wisata Merdeka Belajar History of Sundaland. 

Salam Sahabat Museum.


Alamat Museum History of Sundaland

Jl. Arteri Galuh Mas No.30, Sukaharja, Kec. Telukjambe Tim., Karawang, Jawa Barat 41361

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Menggali Gagasan Kreatif Anak-Anak di Museum History of Sundaland

Seringkali Museum dianggap sebagai tempat wisata sejarah yang sangat identik dengan pengalaman masa lampau saja. Namun salah satu Museum di Karawang Jawa Barat, yaitu History of Sundaland, telah berupaya menghadirkan atmosfer wisata kesejarahan Tanah Sunda berbasiskan budaya, yang tetap lekat dengan dunia teknologi di masa kekinian. Seperti kegiatan pengunjung berikut ini menonton film di Ruang Teater. 

Menonton Film Pengetahuan 3D (Foto : Museum History of Sundaland)

Sesungguhnya, pemikiran ini berawal dari kesadaran bahwa betapa generasi modern saat ini telah menunjukkan antusiasme yang luar biasa, sehingga kunjungan Museum selalu disambut keceriaan maksimal. Terlebih lagi kini dengan dorongan Merdeka Belajar oleh Kemendikbudristek yang akhirnya membuat penampilan Museum masa kini semakin kekinian pula. Sesuai karakter anak-anak atau pelajar sebagai tujuan utama dari materi pembelajaran terkait warisan budaya masa lalu yang amat perlu dilestarikan.

Salah satu modul yang mendorong anak-anak pada program Merdeka Belajar disertai kunjungan Outdoor Learning ialah terkait “Dimensi Kreatifitas” dalam diri setiap anak Pelajar Pancasila. Jika kita berbicara tentang Project Learning terutama jenjang SD - SMA maka sejumlah penugasan tentu dapat diberikan setelah kunjungan berakhir.


Nah, disinilah anak-anak sebisa mungkin mengeluarkan gagasan kreatif mereka dengan berbagai cara menarik. Mulai dari penulisan kreatif mengenai pengalaman berkunjung ke Museum History of Sundaland, berkarya membuat design poster kampanye "Cinta Museum", atau bahkan mengunggah cerita mereka di Media Sosial. Semisal melalui media sosial Instagram, Youtube, TikTok, Facebook, Blogger, dan masih banyak lagi kreatifitas lain.

Sehubungan kunjungan Merdeka Belajar inilah para guru memiliki pendapat yang sangat positif terhadap Museum History of Sundaland, seperti berikut ini :

Dimensi Kreatif di Museum History of Sundaland

Museum bertema sunda yang dilengkapi berbagai spot foto menarik dan dilengkapi teknologi Augmented Reality ini, bergabung dengan lokasi FunWorld Karnival, sehingga terdapat 17 zona unik untuk belajar sekalian berwisata.

Pada materi project learning yang disiapkan oleh pihak sekolah dibutuhkan alternatif tugas yang sesuai kemampuan anak didiknya. Kita harus meyakini bahwa Pelajar Pancasila yang kreatif akan sanggup menghasilkan gagasan, karya, dan tindakan yang orisinal. Mereka juga memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif dari solusi permasalahan.

Disamping itu karakter mereka pun memenuhi syarat profil bernalar kritis ketika materi atau gagasan di dalam Museum benar-benar dipelajari bahkan tertarik menambah referensi dari sumber lain. Seperti halnya melalui Guide Museum History of Sundaland, sewaktu bermain Augmented Reality dan QR Movie melalui aplikasi ponsel, ataupun jika membuka situs internet sesuai kata kunci pencarian.

 3 Karakter Pelajar Kreatif yang Terbentuk di Museum History of Sundaland :

 a. Menghasilkan gagasan yang orisinal

Pelajar kreatif menghasilkan gagasan atau ide yang orisinal. Gagasan ini terbentuk dari yang paling sederhana seperti ekspresi pikiran dan/atau perasaan sampai dengan gagasan yang kompleks. Perkembangan gagasan ini erat kaitannya dengan perasaan dan emosi, serta pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan oleh pelajar tersebut sepanjang hidupnya.

Pelajar yang kreatif juga memiliki kemampuan berpikir kreatif, dengan mengklarifikasi dan mempertanyakan banyak hal, melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda, menghubungkan gagasan-gagasan yang ada, mengaplikasikan ide baru sesuai dengan konteksnya untuk mengatasi persoalan, dan memunculkan berbagai alternatif penyelesaian.

b.   Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal

Pelajar yang kreatif menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran digital, realitas virtual, dan lain sebagainya. Ia menghasilkan karya dan melakukan tindakan didorong oleh minat dan kesukaannya pada suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. 

 c. Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan

Pelajar yang kreatif memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan yang ia hadapi. Ia mampu menentukan pilihan ketika dihadapkan pada beberapa alternatif kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Ia juga mampu mengidentifikasi, membandingkan gagasan-gagasan kreatifnya, serta mencari solusi alternatif saat pendekatan yang diambilnya tidak berhasil.

 17 Zona Edukasi Museum History of Sundaland

Sejumlah zona Museum ini bertujuan mengasah kemampuan pelajar untuk memiliki paradigma berpikir yang terbuka terhadap perbedaan dan kemajemukan. Pelajar Pancasila pun diharapkan memiliki kepedulian pada lingkungan, serta mendorong kemajemukan tersebut sebagai kekuatan hidup bergotong royong.

Ketujuh Belas Zona tersebut antara lain zona panggung dan pementasan, awal mula kehidupan, penemuan fosil manusia purba di Tanah Pasundan, Zona Kubur Batu dan Austronesia, Gelegar Krakatau dan Suku Baduy, Kebudayaan Buni, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Pengaruhnya, Kerajaan Champa, dan Tokoh Islam di Tanah Pasundan.

Selain itu terdapat fasilitas Teater 3 dimensi yang dilanjutkan zona bertemakan Pengaruh Cheng Ho, Kasultanan di Jawa Barat, Berdirinya Kasultanan Jawa Barat, Jalur Perdagangan Jawa Barat, Kedatangan dan Pengaruh VOC, serta zona Wayang dan Topeng Jawa Barat. Nah, anak-anak di foto berikut ini sedang berpose di depan replika Kapal Laksamana Cheng Ho yang datang ke Nusantara pada abad ke-16.


Demikian kita telah memahami bagaimana selama ini Museum History of Sundaland berperan aktif membentuk profil pelajar pancasila dalam bingkai kreatifitas generasi masa kini. 

Salam Sahabat Museum!

 Alamat Museum History of Sundaland

 Jl. Arteri Galuh Mas No.30, Sukaharja, Kec. Telukjambe Tim., Karawang, Jawa Barat 41361

 

 

 

 

 

 

 

 

Antusias! Museum History of Sundaland Ajak Pelajar Mengasah Pengetahuan Budaya

Patut diapresiasi bahwa begitu banyak siswa yang memiliki semangat belajar sejarah dan budaya. Selain itu mereka sangat antusias menikmati fasilitas Museum terutama teknologi hiburan multimedia dan 3 dimensi unik. Seperti melalui Augmented Reality (AR), QR Video Movie, dan film Teater.

Semangat ini memang diawali tujuan Merdeka Belajar dari gagasan Kemendikbud Ristek. Suatu kurikulum dengan kebebasan mengasah pengetahuan secara mandiri, berkreativitas, membentuk daya kritis, serta menguasai minat pada sesuatu hal menarik bagi setiap anak.



Jika mengingat pentingnya fungsi edukasi, tentulah para guru pendidik maupun orangtua, sedapatnya bisa menangkap keistimewaan anak-anak generasi Pancasila, terutama mereka yang memiliki ketertarikan khusus pada koleksi Museum. Semangat itu merepresentasi Modul Merdeka Belajar yang diikuti secara antusias untuk sejumlah tema Project Learning bagi Pelajar Pancasila.

Pembentukan karakter profil pelajar Pancasila sejatinya terdiri enam dimensi, yaitu:

1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,dan berakhlak mulia

2) Kemandirian

3) Bergotong-Royong

4) Berkebinekaan global

5) Bernalar kritis

6) Kreatif

Seluruh dimensi profil pelajar Pancasila ini perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Tentunya cara mengaplikasi profil ini terkait erat dengan program kunjungan Museum yang diwajibkan. 

Dari sinilah pendidik perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Selain itu, guna mensupport pemahaman yang lebih menyeluruh tentang dimensi-dimensi profil pelajar Pancasila, maka setiap dimensi dijelaskan maknanya sesuai tahap perkembangan psikologis dan kognitif anak dan remaja usia sekolah. 

Dapat dipastikan Museum menjadi sarana pembelajaran yang terbaik. Disini pula salah satu yang paling sejalan minat pada eksplorasi benda koleksi, seperti dari kesejarahan aspek religi maupun budaya, secara khusus terpantau pada tema modul yang disebut “Berkebhinekaan Global”.

Foto : Merdeka Belajar di Museum



Modul Berkebhinekaan Global

Pijakan dari kunjungan di Museum History of Sundaland ialah modul Berkebinekaan Global yang disana terdapat elemen mengenal dan menghargai budaya, komunikasi dan interaksi antarbudaya, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan, dan berkeadilan sosial.

Artinya bahwa pelajar Indonesia sanggup mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Disinilah tujuan Museum History of Sundaland membuka kesempatan atau peluang untuk menjadi bagian dari kurikulum Merdeka Belajar. Sehingga dengan demikian bersama-sama menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif. Paling penting tidak bertentangan budaya luhur bangsa.

Foto : MuseumHistoryofSundaland

Adapun elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

a.     Mengenal dan menghargai budaya

Pelajar Pancasila mengenali, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai macam kelompok berdasarkan perilaku, jenis kelamin, cara komunikasi, dan budayanya, serta mendeskripsikan pembentukan identitas dirinya dan kelompok, juga menganalisis bagaimana menjadi anggota kelompok sosial di tingkat lokal, regional, nasional, dan global.

b.   Komunikasi dan interaksi antar budaya

Pelajar Pancasila berkomunikasi dengan budaya yang berbeda dari dirinya secara setara dengan memperhatikan, memahami, menerima keberadaan, dan menghargai keunikan setiap budaya sebagai sebuah kekayaan perspektif sehingga terbangun kesalingpahaman dan empati terhadap sesama.

c.     Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan

Pelajar Pancasila secara reflektif memanfaatkan kesadaran dan pengalaman kebinekaannya agar terhindar dari prasangka dan stereotip terhadap budaya yang berbeda, termasuk perundungan, intoleransi dan kekerasan, dengan mempelajari keragaman budaya dan mendapatkan pengalaman dalam kebinekaan. Hal ini membuatnya menyelaraskan perbedaan budaya agar tercipta kehidupan yang setara dan harmonis antarsesama.


d.     Berkeadilan Sosial

Pelajar Pancasila peduli dan aktif berpartisipasi dalam mewujudkan keadilan sosial di tingkat lokal, regional, nasional, dan global. Ia percaya akan kekuatan dan potensi dirinya sebagai modal untuk menguatkan demokrasi, untuk secara aktif-partisipatif membangun masyarakat yang damai dan inklusif, berkeadilan sosial, serta berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan.

Mengingat dari tujuan inilah maka para pelajar pun diajak menerapkan modul ini saat mengamati sejumlah benda peninggalan bersejarah. Periode koleksinya sedari Kerajaan Hindu-Buddha tertua yaitu Tarumanegara, Jawa Barat. Sampai pada era kerajaan Islam serta pengajaran dakwah Para Wali  Tanah Pasundan.

Mengenal Benda Koleksi Sundaland

Perkenalan berbagai benda warisan budaya ini sangat penting agar setiap siswa/siswi mengenal kebhinekan religi tertua yang membentuk unsur-unsur kebudayaan di zaman modern kini. 

Lantas apa sajakah kisah dibalik benda-benda tersebut? Berikut beberapa contoh eksplorasinya :

1. Bejana Perunggu

Bejana yang dibuat dari perunggu dengan bagian tutup bermotif Sapi. Berfungsi sebagai tempat air suci. Fungsinya sebagai alat upacara ritual masyarakat di zaman perunggu dan bentuk Sapi dipercaya masyarakat di zaman itu sebagai simbol kekuatan.

2. Guci Perunggu

Guci Perunggu digunakan untuk menyimpan abu para Ksatria yang telah meninggal. Profil motif Naga adalah perwakilan atau fungsi dari penjaga.



3. Tempat Air Kaligrafi

Berfungsi sebagai tempat air yang di hiasi dengan binatang mitologi seekor naga dan tulisan kaligrafi yang bermakna: Alif Lam Mim, Sungguh kami menjadi teguh atau kuat. Kami beriman kepada Nabi kami. Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung.



4. Tempat Menyajikan Teh

Tempat untuk menyajikan the dihiasi bentuk khas Arab Timur Tengah dan hiasan arab kaligrafi yang bertuliskan bacaan do’a – do’a keselamatan.


5. Surat Al-Imron

Surat Al Imron merupakan surat ke 3 dalam urutan Al Quran. Dinamakan Surat Ali Imran karena surat ini menceritakan tentang berita dan sejarah keluarga Ali Imran, yaitu bapak dari Maryam, ibunda Nabi Isa AS.


Sekian tadi penerapan modul Merdeka Belajar untuk tema berkebinekaan global yang dapat dipahami melalui kunjungan Museum History of Sundaland. Semoga bermanfaat dan Salam Sahabat Museum!


                          Alamat Museum History of Sundaland

Jl. Arteri Galuh Mas No.30, Sukaharja, Kec. Telukjambe Tim, Karawang, Jawa Barat 41361


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4 Cerita Tanah Pasundan yang Paling Istimewa di Museum History of Sundaland

Aktivitas Museum History of Sundaland di Karawang, Jawa Barat, sangat memprioritaskan anak-anak di segala jenjang pendidikan. Terlebih lagi saat ini kurikulum Merdeka Belajar telah menunjuk Museum sebagai mitra sekolah,  kebudayaan, maupun kewirausahaan. Demikian mengapa sampai kini Museum History of Sundaland dipercaya untuk menyuguhkan berbagai cerita sejarah dan budaya dari Tanah Sunda kepada para pengunjung. 

Terbukti, pada tahun 2022 yang lalu, Ibu Atalia Ridwan Kamil sebagai  Istri Gubernur Jawa Barat sangat  mengapresiasi konsep edukasi yang disuguhkan oleh Museum History of Sundaland. Menurutnya, program edukasi Museum ini telah memenuhi modul Merdeka Belajar yang diwajibkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Seperti halnya pada foto berikut nampak sejumlah anak-anak TK Klari Karawang sedang mewarnai gambar di salah satu zona Museum History of Sundaland.


Kearifan Lokal Tanah Sunda

Sebanyak ratusan benda koleksi telah membuktikan peran-serta  Museum History of Sundaland bagi pembentukan karakter Pelajar Pancasila yang menghargai sejarah tanah lahirnya. Seperti halnya kita lihat melalui foto di bawah ini dimana sejumlah anak-anak berfoto dengan background Candi yang berada di Jawa Barat.

Seperti namanya, Museum History of Sundaland berkisah tentang peradaban sejarah Tanah Pasundan. Dimulai dari peradaban purbakala hingga periode kerajaan-kerajaan terbesar di Jawa Barat. Suatu fakta pengetahuan menarik bagi pelajar akan ditemukan dari kunjungan di Museum Budaya Kota Karawang ini. Diantaranya bahwa pada zaman dahulu sebutan Sundaland berawal dari legenda pulau-pulau yang terpisah oleh letusan Gunung Krakatau.

Diperkirakan Sundaland ribuan tahun lampau meliputi pulau-pulau utama di bagian barat. Seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.  Benua ini diperkirakan sebagai tanah Nusantara pada era zaman es bahkan sebelumnya. Para ahli menduga wilayah ini pernah tenggelam dan sekarang nama Sundaland disebut Paparan Sunda. Sedangkan dari aspek antropologi serta budaya kehidupan masyarakat di era lampau tersebut sudah dijalani oleh Suku Sunda.

Sumber Foto : Kompas

Sekilas kisah mengenai sejarah Pasundan tadi adalah pengantar menarik untuk memperkenalkan Museum History of Sundaland pada siswa-siswi outdoor learning dari berbagai kota bahkan lintas Propinsi. Tentunya mereka sangat antusias untuk menelusuri catatan sejarah sembari mengamati seluruh benda koleksi yang diwariskan leluhur kita.

Jika menyesuaikan profil edukasi dari Museum History of Sundaland tidak semua tema atau topik project Merdeka Belajar akan cocok atau dapat dikaitkan. Seperti halnya modul PAUD / TK yaitu Aku Sayang Bumi, Aku Cinta Indonesia, Bermain dan Bekerjasama, Kearifan Lokal.

Sedangkan Modul SD/SMP/SMA/SMK terdiri dari Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi, Berekayasa dan Berteknologi Membangun NKRI, dan Kewirausahaan.

4 Modul Penceritaan Sundaland 

Di Museum History of Sundaland terdapat 17 Zona yang berkisah tentang peradaban Tanah Sunda hingga kehidupan di kerajaan Hindu-Buddha sampai Kerajaan Islam. Ketujuh belas zona tersebut yaitu zona panggung dan pementasan, awal mula kehidupan, penemuan fosil manusia purba di Tanah Pasundan, Zona Kubur Batu dan Austronesia, Gelegar Krakatau dan Suku Baduy, Kebudayaan Buni, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Pengaruhnya, Kerajaan Champa, dan Tokoh Islam di Tanah Pasundan.

Berikut ini kita akan melihat 4 cerita sejarah Sunda yang sesuai modul merdeka belajar seperti tertulis diatas tadi. Diantaranya dapat diambil tema Aku Cinta Indonesia dan Kearifan Lokal dari modul PAUD-TK. Sedangkan dari modul SD, SMP, dan SMA disesuikan tema Kearifan Lokal. Jangan lupa menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) yang dapat didownload melalui aplikasi Google Play Store dengan kata kunci History of Sundaland AR.


1. Cerita Manusia Purba Tanah Pasundan

Daratan Sunda (Sundaland) diyakini sebagai tempat hidup manusia sejak puluhan ribu tahun silam, Jika menurut paleontologi evolusi, manusia Suku Jawa, Sunda dan Melayu asal mulanya dari ras Austronesia. Secara taksonomi masuk golongan Homo sapiens yang artinya orang bijak dan cerdas.

Sementara itu mengenai sejarah migrasi manusia purba di Jabar terbagi menjadi beberapa periode, pertama periode kehidupan purba yang ditandai dengan fosil, kemudian periode prasejarah atau penemuan yang belum mengalami fosilisasi.

Sumber Foto : Kompas.com

Bagaimana cerita selengkapnya tentang penelitian prubakala dapat diketahui melalui penjelajahan Zona Ketiga Museum  History of Sundaland : Penemuan Manusia Purba di Tanah Pasundan.

2. Gelegar Krakatau dan Suku Baduy

Terdapat sebuah teori yang menyatakan jika Pulau Jawa dengan Sumatera dulu menyatu. Akibat letusan Gunung Krakatau terjadi daratan yang disebut Sunda Besar. Suatu Pendapat yang mendukung pemisahan Jawa dan Sumatera karena letusan Krakatau, mengacu pada Pustaka Raja Purwa, yang ditulis pujangga Jawa, Ronggowarsito, pada tahun 1869.

Selain membaca Gelegar Krakatau pada zona ini diperkenalkan informasi mengenai Suku Baduy di Lebak, Banten. Suku Baduy merupakan kelompok masyarakat yang menutup diri dari luar. Kelompok etnisnya sering disebut suku Baduy Kanekes.

Nah untuk lebih lanjut mengenai Suku Baduy ikuti room tour di Zona Kelima Museum History of Sundaland

Foto : Detik.com

3. Kebudayaan Buni

Situs Buni merupakan kawasan penemuan benda-benda arkeologi seperti tembikar yang terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Diantaranya periuk, mangkuk berkaki, kendi dan tempayan. Selain itu ditemukan adanya beliung persegi, artefak logam perunggu dan besi, gelang dari batu dan kaca, perhiasan emas, manik-manik, bandul jala dari terakota dan tulang belulang manusia. 

Oleh karena itulah pengunjung mendapati pengetahuan menarik tentang Kebudayaan Buni saat memasuki Zona Keenam. Sekaligus belajar dengan modul Kearifan Lokal.

4. Kerajaan Sunda dan Pengaruhnya

Kerajaan Sunda Pajajaran salah satu kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Barat yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Raja Sunda memiliki toleransi yang besar dalam bidang agama dan kepercayaan. Meski raja menganut agama Hindu Saiwa, beberapa rakyat kerajaan Sunda ada yang menganut agama Hindu Waisnawa dan Buddha.

Selama Kerajaan Sunda berdiri setiaknya terjadi empat kali perpindahan pusat kerajaan yaitu dimulai dari Galuh, Prahjjan Sunda, Kawali, dan Pakwan Pajajaran. Secara geografis, keempat pusat kerajaan tersebut berada di pedalaman. Matapencaharian masyarakat Kerajaan Sunda cenderung sebagai peladang, walaupun dijumpai pula masyarakat yang bermatapencaharian lainnya.

Sumber ; inisumedang.com

Kegiatan masyarakat Sunda yang berhubungan dengan bercocok tanam terlihat pada beberapa naskah. Salah satunya Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian yang menggambarkan kehidupan masyarakat Sunda pada sekitar abad ke-16 di antaranya berisi mengenai pedoman moral untuk kehidupan bermasyarakat, termasuk berbagai ilmu yang harus dikuasai untuk bekal kehidupan. Di dalam naskah tersebut diuraikan mengenai berbagai profesi yang dilakukan oleh masyarakat Sunda pada waktu itu, diantaranya yaitu pangalasan, peladang, panyadap, panyawah, penangkap ikan, juru selam, dan lain-lain (Danasasmita, 1987:103).

Candi Peninggalan Kerajaan Pajajaran (Sumber : CNN.com)

Sedemikian penting kita bercerita seputar kehidupan sosial budaya serta kearifan lokal di tanah kita sendiri. Terutama bagi para generasi kekinian yang masih menimba ilmu Merdeka Belajar di sekolah. Oleh sebab itu, Museum History of Sundaland sangat terbuka untuk wisata hiburan maupun edukasi kesejarahan bagi anak-anak dan remaja. 

Salam Sahabat Museum.


Alamat Museum History of Sundaland

Jl. Arteri Galuh Mas No.30, Sukaharja, Kec. Telukjambe Tim, Karawang, Jawa Barat 41361



Narasi HOS : Kebudayaan Buni

  Kebudayaan Buni, meninggalkan jejak di daerah Buni, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang diperkirakan berkembang pada periode 400 S...